Selasa, 01 September 2009

Momen

(Ini esayku memperingati Maulid Nabi SAW. Dimuat di Radar Banjarmasin Agustus 2006)
Ekspresi Cinta Terhadap Rasulullah SAW
Oleh: Rismiyana*
Peradaban adalah sekumpulan pemahaman tentang kehidupan. Artinya peradaban adalah sekumpulan pemikiran yang sangat besar jumlahnya, yang mencakup berbagai aspek kehidupan maupun masyarakat, seperti pemerintahan, perekonomian, sosial, undang-undang, politik, kesenian, dan sebagainya.
Berdasarkan penyelidikan dan pembahasan ahli sejarah, pada suatu peradaban tidak pernah ditemukan periode tertentu yang dapat ditetapkan sebagai permulaan atau tanggal kelahiran peradaban tersebut. Tidak pula dapat ditentukan batas pemisah yang akan membedakan antara satu peradaban yang tenggelam dan yang baru muncul. Melainkan peradaban baru tersebut pasti mengalami keterpengaruhan dengan peradaban sebelumnya. Misalnya antara peradaban Asiria dan Babilonia, termasuk Sumeria begitu juga adanya keterpengaruhan peradaban Romawi terhadap peradaban Yunani, atau keterpengaruhan peradaban Yunani terhadap peradaban Mesir.
Demikian pula halnya akan peradaban Eropa pada abad pertengahan dengan peradaban Barat kontemporer “Liberalisme”. Termasuk pula keterpengaruhan antara peradaban Liberalisme dengan “peradaban terpimpin”-nya Komunisme, yang keterpengaruhan keduanya bersifat saling meniadakan, dalam arti saling bertolak belakang. Keduanya pun muncul setelah mengalami penguatan selama beberapa abad, setelah para filosof dan para pemikir mengonsepkan pandangan mereka satu demi satu.
Namun, untuk uraian di atas ada sebuah pengecualian, sebuah peradaban asing yang untuk tumbuh, berdiri tegak di atas pondasinya memerlukan periode yang sangat singkat dari sejarah manusia. Suatu peradaban yang memiliki bentuk ide maupun pola pemikiran khas (berbeda dengan yang lain), lahir tanpa banyak campur tangan pemikir dan filosof manapun.
Suatu peradaban yang menghimpun berbagai unsur medasar untuk menjelma menjadi sebuah peradaban yang sempurna dan lengkap, memiliki sistem peraturan dan metode tersendiri untuk mengatur hubungan diantara individu satu sama lain dalam sebuah masyarakat. Keberadaannya bukan sebagai hasil mencontoh keindahan peradaban sebelumnya bukan pula muncul dari warisan pemikir-pemikir dan filosof-filosof. Akan tetapi, peradaban ini lahir dari peristiwa sejarah tersendiri, yaitu turunnya al-Qur’an Karim, sebagai kitab yang menjadi dasar-dasar konsep peradaban tersebut.Peradaban tersebut adalah peradaban Islam.

Sebentuk Pertanyaan

Lalu siapakah gerangan manusia yang menjadi pengemban dan penyebar dari konsep-konsep peradaban tersebut? Seperti apakah dia? Bagaimana pengikut-pengikutnya seharusnya meneladaninya?
Sosok Muhammad Saw.
Bagi kaum muslim, Muhammad Saw. Jelas menempati posisi yang sangat istimewa. Beliaulah yang membawa risalah Islam yang diturunkan oleh Allah Swt. Dengan risalah yang diperjuangkan, diemban, dan diterapkan oleh Rasulullah Saw, Islam hadir menjadi sebuah peradaban ditengah-tengah umat manusia.
Rasulullah Saw.adalah pemimpin di segala bidang. Beliau adalah pemimpin umat di mesjid, di dalam pemerintahan, juga di medan pertempuran. Beliau adalah pendidik yang telah mengubah tingkah laku yang biadab dan jahiliy menjadi beradab dan terhormat. Beliau seorang politikus ahli siasat yang berhasil menyatukan suku-suku bangsa hanya dalam waktu kurang dari seperempat abad. Beliau juga pemimpin ruhani daalam aktivitas peribadahan terhadap Allah yang telah membawa jiwa pengikutnya ke suasana ilahiyah.
Tentang bagaimana akhlak Rasulullah, para sahabat sendiri di zaman Rasulullah sendiri sulit menceritakannya. Seorang Yahudi pernah datang kepada Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk bertanya tentang akhlak Rasulullah. Umar tidak mampu menjawabnya dan menyuruh Yahudi itu menemui Bilal ra. Bilal pun sama. Dia menyuruh Yahudi itu mendatangi Ali bin abi Thalib ra. yang sejak kecil sudah mengenal Rasulullah Saw. Bahkan ia sering tidur di rumah beliau. Ali malah balik bertanya kepada Yahudi itu, “Lukiskanlah keindahan dunia ini, akan aku gambarkan kepadamu akhlak Nabi Muhammad Saw.”
Laki-laki itu menyatakan ia tidak sanggup. Ali pun berkata, “Kamu tidak mampu melukiskan keindahan dunia ini, padahal Allah Swt. telah menyaksikan betapa kecilnya dunia ini ketika Dia berkata:Katakanlah: Keindahan dunia ini kecil. (TQS:an-Nisa:77).” Artinya, menggambarkan keindahan dunia yang sebenarnya kecil ini saja sulit, apalagi menggambarkan keluhuran dan kemuliaan Rasulullah Saw.
Bahkan para penulis non-Muslim pun-lepas bagaimana sikap mereka kepada Rasulullah Saw.-mengakui kebesaran Rasulullah sebagai, “Dia datang seperti sepercik sinar dari langit jatuh ke padang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu yang membakar angkasa sejak Delhi sampai Granada,” demikian yang ditulis Thomas Carlyle dalam On Heros and Hero Workship. Demikian juga Michael Hart dalam bukunya, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh di Dunia, ia menempatkan Rasulullah pada urutan pertama. “Dia adalah orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan manusia lebih dari Newton dan Yesus atau siapapun di dunia ini,” tulisnya.
Sikap Kita Meneladani Rasulullah Saw.
Bulan Rabiul Awal adalah bulan Rasulullah dilahirkan. Sebagian besar kaum muslimin menunjukkan ekspresi kecintaan mereka terhadap Rasulullah dengan cara memperingati hari lahirnya, yaitu Maulid-an. Di masyarakat kita juga, wujud kecintaan kita kepada Rasulullah dengan upaya meniru akhlak beliau.
Namun, apakah cukup dengan itu saja? Terkadang ada di antara kaum muslim ketika pelanggaran terhadap hukum syara’ terjadi, yang di bawa-bawa untuk melupakan pelanggaran tersebut adalah sifat Rasulullah yang pemaaf.
Demikian pula ketika Rasulullah dihina dengan menggambar karikatur beliau, dan menimbulkan gejolak, penyelesaian yang disodorkan adalah dengan membawa-bawa sifat Rasulullah yang pemaaf. Dan yang paling menyakitkan ketika negeri-negeri muslim seperti Afghanistan, Irak, diluluhlantakkan Amerika, kaum muslimin diserukan untuk hanya berdoa bersama untuk kemenangan saudara mereka yang dihina dan dianiaya sembari berkata, “Islam cinta damai, kita lebih baik memaknai jihad adalah bersungguh-sungguh bukan perang.”
Padahal Rasulullah ketika berada di Madinah menghadapi serangan kafir Qurais dari Mekah demikian serius mempersiapkan strategi perang, beliau meminta pendapat Hubab bin al-Mundzir tentang strategi yang terbaik, menatur pasukan dan mempersiapkan persenjataan yang terbaik. Kemudian setelah itu beliau baru masuk ke bangsalnya meminta pertolongan kepada Allah denan doa yang banyak sekali. Untuk mempertahankan Madinah beliau bekerja keras membangun parit (khandak). Dalam enam hari Rasulullah Saw turun langsung bercucuran keringat, dan bekerja keras; tidak hanya berdoa.
Selain itu, Rasulullah juga menyelesaikan kriminalitas di tengah-tengah masyarakat. Beliau tidak menyandarkan pada doa atau ibadah, apalagi pada seruan moralitas atau akhlak mereka. Rasulullah Saw memberikan sanksi hukum yang tegas atas pelakunya. Saat ada seorang wanita muda yanng cantik dan terhormat mencuri dan oleh peradilan diputuskan untuk dipotong tangannya, salah seorang sahabat mengusulkan agar sanksinya diubah dengan yang lain karena kasihan dan wanita itu adalah kalangan terhormat. Akan tetapi apa yang beliau katakan, bahwa seandainya Fatimah putri Rasulullah yang mencuri niscaya beliau akan tetap akan memotong tangannya. Karena memang ketika Allah telah menentukan suatu hukum baik status mengenai perbuatan atau benda, maka manusia tidak ada yang berhak mengubahnya sedikitpun apalagi membuat hukum baru.

Yang Semestinya

Saat ini di negeri-negeri muslim (bukan negara karena negara Islam saat ini tidak ada), peradaban yang dijalani oleh kaum muslim bukanlah peradaban Islam, melainkan peradaban kufur buah dari penerapan ideologi Kapitalis-Sekuler. Peradaban kufur tersebut (yaitu berupa sistem ekonomi kapitalis, sistem pemerintahan demokrasi, sistem hukum peninggaalan penjajah kolonial, sistem sosial yang liberal, sistem pendidikan yang sekuleristik, dll) yang seolah-olah telah menjadi lumpur keruh yang beracun, yang menggenang dalam sebuah lautan dan kaum muslim menjadi ikan pesakitan di dalamnya.
Untuk itu, tidak kah sebagai Muslim kita ingin kembali hidup dalam peradaban yang konsep-konsepnya diturunkan oleh Allah Swt.dan dibawakan oleh Rasulullah Saw untuk kita? Atau adakah yang lebih baik dari itu? Sesungguhnya seperti ikan yang memang semestinya berhabitat di dalam air sehat, demikian pula halnya kaum Muslim, habitat aslinya adalah Peradaban Islam. Dan kita tentunya memahami bahwa peradaban Islam hanya akan terwujud dalam suatu masyarakat islami dalam bingkai Khilafah Islamiyah.

*Mahasiswa PBSID FKIP Unlam &
SC BK LDK Unlam Korwil Kalimatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar