Senin, 30 Maret 2009

Ada Kecelakaan

Tadi abis sholat zuhur pas mau ngajar ke SMKN 5, di jalan S. Parman depan Diknas aku melihat truk melindas seoran bapak-bapak. Darah berceceran. Badan bapak tersebut kemudian berusaha dikeluarkan dari bawah kepala truk, tapi agak kesulitan karena kendaraan terlalu ramai berlalu lalang. Aku berusaha melihat dari dekat karena siapa tahu mengenal bapak tersebut, tapi bapak tersebut memakai jaket dan dalam posisi menelungkup. Aku hanya melihat sepeda motor silver yang dipakainya.

Sampai sekarang aku masih agak gugup dan mual bila mengingat kecelakaan itu.... Bukan karena jijik, tapi kadang bila melihat sesuatu yang menguras emosi aku merasa gugup dan mual. Bahkan saat masih mahasiswa dulu pernah aku tanpa sengaja melihat seorang yang pernah dekat waktu aku SMU, mungkin juga karena suasana pada saat itu ramai dan tegang (aku sedang menjadi panitia sebuah acara) saat melihat dia aku langsung pusing dan mual-mual, sekujur badanku dingin. padahal suerrr, aku sebenarnya senang banget!

Kecelakaan di jalan memang mengerikan. kalau nyerempet-nyerempet dikit aku sering mengalami yang akhirnya bikin tangan dan kakiku memar dan lecet-lecet. Tapi, kalau tabrakan yang agak mengerikan cuma sekali aku alami. Waktu itu tahun 2007 saat aku masih ngajar di Al Abadiyah.

Aku ingat hari itu hari Senin, aku baru saja lepas dari ancaman seorang polisi. Pas di lampu merah dekat Pasar Lama seorang polisi mendatangiku dan menepuk-nepuk kaca depan sepeda motorku yang berwarna hitam, aku hanya dapat tersenyum pasrah, menunggu ditilang. "Kalau besok-besok ketemu saya dan lampu depan sepeda motor ini tidak diganti, kamu saya tilang." Katanya.Padahal waktu itu aku tidak membawa SIM dan STNK!

Lepas dari polisi itu aku merasa senang karena tidak ditilang (jadi ingat saat aku ngasih tugas bikin poster ke anak-anak kelas 2 di MTs Al Furqon, salah satu siswa putri menulis seperti ini di posternya: Periksalah kelengkapan kendaraan Anda supaya Anda selamat dari polisi! ) Nah pas di Belitung aku ingat pintu pagar sekolah yang akan ditutup jam 07.30, aku langsung tancap gas dan berusaha menyalip pengendara sepeda motor di depanku. Tiba-tiba mataku menangkap sosok yang mirip temanku, ingatan akan sebuah kenangan berloncatan dikepala dan saat mataku menangkap sebuah sepeda motor sedang menyebrang sambil melaju kencang ke arahku aku gugup. Saat itu aku sedang menyalip, kalau ku geser ke kanan sepeda motorku akan menabrak pengendara di lajur kanan yang berhadapan denganku (tidak ada pembatas di tengah jalan). Akhirnya aku cuma pasrah sambil mempererat cengkraman di tanganku. aku lupa kalau itu justru memoercepat laju sepeda motorku. Aku merasakan benturan keras mengguncang tubuh dan kesadaranku...

Suara deru mobil dan sepeda motor sayup-sayup mulai terdengar di aspal dekat telingaku. Aku tetap diam dan tak berani bergerak. Saat mataku membuka langit biru dan awan berarak terpampang di atasku. Aku masih takut bergerak, terlalu ngeri bila menyadari dan melihat luka-luka atau bagian patah di tubuhku. Suara gaduh mulai terdengar. Beberapa orang bapak-bapak yang sedang berada di pinggir jalan segera mengerubungiku. Ramai-ramai mereka membantuku berdiri.

Dan Subhanallah... saat aku gerakkan tubuhku, tak kutemukan sedikitpun rasa sakit. Saat kuteliti tangan dan kakiku, tak segores pun luka kutemui. Bahkan setitik darah pun tak ada! Dua meter di sedepanku, sepeda motorku rebah. olinya berhamburan, tapi Alhamdulillah bahkan kaca spionnya pun baik-baik saja.

Laki-laki separuh baya yang menabrakku (dia membonceng seorang siswa SMU). kulihat bergegas menaiki sepeda motornya yang penyok di sana sini, anak perempuan yang diboncengnya tampak menahan sakit. Melihatnya akan segera kabur, bapak-bapak yang membantu kuberdiri marah dan berusaha menghalanginya. "Tidak apa-apa Pak, pergi saja. Tidak apa-apa!" Aku berteriak mempersilakan Bapak itu pergi sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling dan ujung jalan (aku tidak membawa kelengkapan SIM dan STNK kalau ada polisi situasi akan runyam). "Sidin tu memang sering kecelakaan di sini." salah satu bapak-bapak yang menolongku berujar. Oh pantas beliau yang langsung di salahkan, padahal sebenarnya aku juga salah...

Di perjalanan menuju sekolah aku tak henti-henti bersyukur.... Sebenarnya pas di jalan Veteran, saat menyalip seorang pengendara sepeda motor, sebuah mobil dalam hitungan senti hampir menyerempetku, untunglah hanya angin mobil itu yang menampar wajahku... Dalam hati aku berjanji akan lebih hati-hati, akan mengurangi kebiasaanku menyalip kendaraan di depanku, dan aku pun mengulangi doa yang kupanjatkan malam sebelum kejadian itu.... Ya Allah berilah hamba keteguhan iman, kuatkanlah fisik hamba, dan kuatkan pula mental hamba....