Rabu, 24 Juni 2009

Memandang dari Sisi/Sudut Lain

Memandang dari Sisi/Sudut Lain

Pada setiap perjalanan, baik menuju atau pulang mengajar dari desa Rantau Bujur, saat kelotok yang kutumpangi melintasi waduk Riam Kanan, mataku selalu saja mengagumi gugusan pegunungan yang terlihat menghitam, memanjang bagai gelombang raksasa di kaki langit sebelah Barat. Awan atau kabut putih kadang-kadang berkumpul seperti menempel di puncak-puncaknya.

Apalagi saat 3 minggu lalu, kelotok yang kutumpangi bertolak dari dermaga menuju Desa Rantau Bujur mendekati pukul 17.00 Wita. Pada 3/4 perjalanan, dan saat kelotok mendekati anak sungai, aku dengan leluasa menyaksikan langit di sebelah Barat berubah warna dari biru ke biru muda, ke kekuning-kuningan, memerah emas dengan gumpalan-gumpalan awan membentuk gugusan-gugusa menakjubkan. Sementara itu gunung-gunung yang pada sepertiga perjalanan terlihat seperti gelombang tampak terlihat dari sisi berbeda seperti dua gunung memanjang, yang warnanya berubah kelabu dan perlahan menghitam. Indah dan nyata! Sungguah lebih indah dari lukisan-lukisan buatang tangan atau pun foto-foto yang pernah kulihat di komputer.

Nah, Senin kemarin, tanggal 22 Juni 2009 aku mengikuti kegiatan yang di adakan guru-guru dan siswa-siswa SMPN 4 Aranio, mengunjungi Pantai Batakan. Awalnya, setelah menempun perjalanan dari Banjarmasin-Martapura aku berniat bergabung dengan yang lain naik 2 minibus yang disewa, tetapi melihat dua guru lain yang tampak bersemangat dengan sepeda motor mereka, aku merubah rencanaku. Aku memilih pergi ke Pantai Batakan dengan menaiki sepeda motor. Seorang murid kelas 2 yang tidak tahan guncangan mobil ikut membonceng padaku.

Ternyata perjalanan dari Martapura-Pantai Batakan bukan kepalang jauhnya bila di tempuh dengan sepeda motor. Tapi, saat mulai kelelahan, ketika kubuang tatapanku ke sebelah kiriku, aku kaget! Gugusan pegunungan yang biasanya hanya kulihat dari depan dan samping kiri, kini terlihat dari sisi lain, sisi kanan. Ketakjubanku bertambah saat hampir sampai di Pantai Batakan, aku menyaksikan gugusan pegunungan yang biasanya kulihat dari atas waduk Riam Kanan terlihat dikejauhan seperti gelombang raksasa, menghitam dengan awan atau kabut di atasnya, yang biasanya hanya kulihat pangkalnya saja kini begitu dekat, nyata dengan rumput dan pohon-pohon kecil di atasnya. Dan aku berada tepat di ujungnya!

Pengalaman seperti di atas adalah pengalaman yang menakjubkan. Ada hal-hal baru yang dapat di peroleh, diketahui dengan memandang suatu objek dari sisi atau sudut yang berbeda. Kita dapat melihat realita atau fakta dari berbagai sisi, berbagai sudut pandang, untuk menemukan beragam keindahan yang berbeda.

Namun, satu hal yang tidak boleh lupa, melihat atau memandang dari berbagai sisi atau sudut pandang guna memberikan penilaian, hanya digunakan untuk objek terindara atau fakta saja (benda).
Sedangkan untuk penghakiman atau memberi penilaian terhadap suatu perbuatan/tingkah laku manusia, bagi saya yang beragama Islam tentu sudut pandang Islam lah yang menjadi satu-satunya sisi, satu-satunya sudut pandang dalam memberikan penilaian/penghakiman. Karena bukankan bagi setiap Muslim, menentukan nilai baik buruk, terpuji atau tercelanya perbuatan manusia hanyalah hak Allah semata. Kita dapat memberikan penilaian, penghakiman atas perbuatan manusia setelah terlebih dulu merujuk pada dalil-dalil baik itu dari sumber langsung (Al Quran dan As Sunnah) atau Ijma, kias ataupun hasij Ijtihad ulama yang terpercaya.

Keindahan objek suatu benda dapat dilihat, dinikmati dari berbagai sisi, berbagai sudut pandang, namun
keindahan perbuatan manusia, baik dan buruk, terpuji dan tercela, hanya dapat dilihat dari satu sisi, satu sudut pandang, semata-mata Islam saja.

Selasa, 16 Juni 2009

Memaksa Keikhlasan

Memaksa Keikhlasan

Sejak kecil sadar atau tidak kita telah dijejali pemahaman bahwa yang namanya ikhlas adalah suatu perasaan yang tanpa embel-embel apapun. Perbuatan Ikhlas adalah perbuatan yang kita kerjakan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Perbuatan ikhlas adalah perbuatan yang dikerjakan dengan senang hati tanpa merasa berat atau terpaksa.
Namun, ternyata dalam pemahaman yang beberapa tahun saya pelajari tidaklah demikian.
Ikhlas adalah perasaan yang dapat ditanam, dipupuk dan dibentuk dalam hati manusia. Caranya dengan menyodorkan pemikiran yang bersumber pada realita/faktais (mantiqul ihsas), kemudian pemikiran tersebut akan memunculkan perasaan dan pemkiran yang tajam ( ihsas al- fikr) pada diri orang tersebut. Setelah itu mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, selama realita dan kaidah berfikirnya benar, maka dia akan menjadi orang yang ikhlas.
Dan dalam Islam, ikhlas adalah pangkal setiap amal perbuatan seorang muslim terkategori ibadah (berpahala). Ikhlas lah yang membedakan status perbuatan seorang muslim dan kafir. Karena IKHLAS ADALAH LILLAHITA'ALA (KARENA DAN BAGI ALLAH).
Jadi, iklas ternyata harus ada embel-embel... yaitu semata-mata motivasinya karena Allah SWT dan tujuannya untuk meraih ridho Allah SWT.
Catatan: Tulisan ini selesai atas bisikan dan komentar dari teman di sebelah: Aemaelei

Kamis, 11 Juni 2009

Seorang Bocah dan Harimau (Life of Pi)

Sampul buku itu langsung membuat saya tergugah...
Seorang bocah laki-laki berada di dalam sebuah perahu kecil, di tengah samudera luas. Di sisi perahu yang berbentuk bulat itu, tepat di seberangnya, duduk seekor harimau  berukuran 5 kali lipat tubuhnya. Bocah laki-laki dan harimau itu masing-masing mengamati air laut di bawah perahu.
Namun, saya langsung kecewa saat membukan lembar pertama halaman buku itu. Buku itu ditulis dalam bahasa Inggris!
Saya sodorkan buku itu pada pemiliknya, Kak Sarah, sepupu saya. Meminta dia menceritakan isinya.
Buku itu katanya bercerita tentang pengibaratan... sebuah filosofi...
Entahlah saya kurang mengerti. Yang saya tangkap hanyalah bahwa buku itu menceritakan tentang seorang bocah laki-laki yang terperangkap di tengah samudera dalam sebuah perahu kecil bersama seekor harimau Bengali buas yang sangat besar.
Si bocah menyadari akan ada hari-hari yang panjang sebelum perahu itu mendapat pertolongan atau tiba di tepian. Sementara itu harimau yang ada bersamanya dalam perahu itu, tentu lambat laun akan lapar.
Si bocah berpikir bagaimana dapat bertahan, survive!
Dia menemukan satu-satunya cara untuk bertahan....
Sebuah pilihan dari dua kemungkinan....
Ya! Si bocah menemukan satu-satunya cara: Berusaha bagaimana membuat harimau besar dan buas itu lebih merasa terancam dan takut pada dirinya (dari pada perasaannya pada harimau itu....).